Rupiah Melemah Tipis Akibat Sanksi AS Terhadap Perusahaan Minyak Rusia

avatar
· 阅读量 15
  • Rupiah Melemah Tipis Tertekan Faktor Eksternal. Rupiah ditutup melemah 9 poin ke level Rp 16.617/USD, didorong oleh penguatan dolar AS akibat eskalasi sanksi Amerika Serikat terhadap perusahaan minyak Rusia, Lukoil dan Rosneft, yang meningkatkan ketidakpastian global.
  • Pasar Fokus pada The Fed dan Perang Dagang. Pasar menanti keputusan The Fed yang diantisipasi memotong suku bunga 25 bps untuk kedua kalinya. Di sisi lain, sentimen membaik dari kemajuan perjanjian kerangka perang dagang AS-China.
  • Pondasi Domestik Solid & Proyeksi Menguat. Peringkat utang Indonesia (BBB+/Stabil) dari R&I ditegaskan kembali, mencerminkan keyakinan pada fundamental ekonomi. Untuk perdagangan besok, rupiah diperkirakan fluktuatif tetapi berpotensi ditutup menguat di rentang Rp 16.570 - Rp 16.620/USD.

Ipotnews - Rupiah ditutup melemah tipis pada hari ini, tertekan sentimen eksternal terkait eskalasi sanksi Amerika Serikat terhadap Rusia yang memicu penguatan dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, Rabu (29/10) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.617 per dolar AS, melemah 9 poin atau 0,05% dibandingkan posisi akhir perdagangan Selasa (28/10) di Rp16.608 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengonfirmasi bahwa tekanan eksternal menjadi penyebab utama pelemahan. Dari peta geopolitik, Presiden AS Donald Trump untuk pertama kalinya pada masa jabatan keduanya memberlakukan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia.
Langkah ini menargetkan perusahaan minyak raksasa seperti Lukoil dan Rosneft, yang memicu ketidakpastian di pasar global dan meningkatkan daya tarik aset safe-haven seperti dolar AS.
"Pada hari Selasa, Kremlin mengatakan Rusia menawarkan energi berkualitas tinggi dengan harga yang baik dan mitra-mitranya akan memutuskan sendiri apakah akan membeli energinya setelah AS menerapkan sanksinya," tulis Ibrahim dalam publikasi risetnya, sore ini.
Sementara itu, pasar juga memusatkan perhatian pada hasil pertemuan kebijakan dua hari The Fed yang dijadwalkan berakhir hari ini. Pasar telah mematok hampir 100% kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps).
"Ini akan menjadi penurunan suku bunga kedua berturut-turut, setelah pertemuan kebijakan The Fed di bulan September," ujar Ibrahim.
Di sisi positif, ketegangan perang dagang menunjukkan kemajuan. Perjanjian kerangka kerja antara Beijing dan Washington mengenai tarif dan kontrol ekspor logam tanah jarang telah meningkatkan harapan akan adanya perbaikan hubungan dagang kedua negara.
Di tengah gejolak eksternal, pondasi perekonomian domestik dinilai tetap solid. Lembaga pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) baru-baru ini menegaskan kembali peringkat utang jangka panjang Indonesia (Sovereign Credit Rating) di level BBB+ dengan outlook stabil.
R&I menilai inflasi Indonesia masih stabil, sementara rasio utang pemerintah tetap rendah dengan kebijakan fiskal dan moneter yang prudent. Lembaga asal Jepang itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5% pada 2025, sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia.
Untuk perdagangan Kamis (30/10), rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat. "Pergerakan mata uang nasional diprakirakan berada dalam rentang Rp 16.570 hingga Rp 16.620 per dolar AS," sebut Ibrahim. (Adhitya/AI)

Sumber : admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest