Minyak Berjangka Naik Ditopang Optimisme Pertemuan Amerika–China

avatar
· 阅读量 15
  • Harga Brent naik 0,34% ke USD64,62 per barel dan WTI naik 0,33% ke USD60,35, didorong penurunan stok AS yang lebih besar dari perkiraan dan optimisme pertemuan Trump-Xi di Korea Selatan.
  • Stok bensin dan distilat juga menurun, sementara sanksi AS terhadap perusahaan minyak Rusia dan potensi tambahan produksi OPEC + memengaruhi dinamika pasar.
  • Permintaan minyak global tetap kuat, terutama dari China, namun pasar tetap rentan volatil karena kombinasi faktor pasokan, permintaan, dan geopolitik.

Ipotnews - Harga minyak menguat, Rabu, dipicu penurunan stok minyak mentah di Amerika serta optimisme terkait pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di Busan, Korea Selatan, Kamis.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 22 sen atau 0,34% menjadi USD64,62 per barel pada pukul 14.45 WIB, demikian laporan  Reuters,  di Beijing, Rabu (29/10).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), meningkat 20 sen atau 0,33% ke posisi USD60,35 per barel.
Kementerian Luar Negeri China menyatakan pertemuan kedua pemimpin dunia tersebut akan "menyuntikkan momentum baru bagi hubungan AS-China" dan siap bekerja sama untuk mencapai "hasil positif".
China juga menyatakan kesiapannya melanjutkan kerja sama dengan Amerika terkait pengendalian fentanyl, setelah Trump menyebut kemungkinan pengurangan tarif terhadap barang-barang China sebagai imbalan atas komitmen Beijing membatasi ekspor bahan baku fentanyl.
Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan penurunan stok minyak mentah sebesar 4,02 juta barel untuk pekan yang berakhir 24 Oktober, lebih besar dari ekspektasi pasar. Stok bensin merosot 6,35 juta barel, sementara stok distilat menyusut 4,36 juta barel.
"Penurunan stok yang lebih besar dari perkiraan memicu lonjakan harga jangka pendek dan tetap mendukung pasar hari ini," kata Priyanka Sachdeva, analis Phillip Nova.
"Namun kenaikan ini tidak berarti pasar memiliki potensi tanpa batas, karena sisi permintaan masih menunjukkan pelemahan dan kapasitas cadangan tetap ada."
Lonjakan harga pekan lalu merupakan yang terbesar sejak Juni, menyusul sanksi AS terhadap perusahaan minyak Rusia Lukoil dan Rosneft terkait konflik Ukraina.
Namun, keraguan bahwa sanksi akan mengimbangi kelebihan pasokan dan pembicaraan peningkatan produksi OPEC + menekan harga di sesi sebelumnya, di mana Brent dan WTI melorot sekitar 1,9% atau lebih dari USD1 per barel.
Kremlin menegaskan Rusia tetap menawarkan energi berkualitas tinggi dengan harga menarik, sementara sejumlah perusahaan penyulingan India menunda pembelian minyak Rusia hingga mendapat kepastian dari pemerintah, meski Indian Oil Corporation tetap melanjutkan pembelian sesuai aturan sanksi.
Pemerintah AS juga menjamin bisnis Rosneft di Jerman akan bebas dari sanksi karena aset tersebut tidak lagi berada di bawah kendali Rusia, menurut Menteri Ekonomi Jerman.
Sumber internal menyebut OPEC + kemungkinan akan menambah produksi secara moderat pada Desember, dengan tambahan sekitar 137.000 barel per hari.
CEO Aramco, BUMN Arab Saudi, menegaskan permintaan minyak global tetap kuat sebelum sanksi Rusia diterapkan, dan permintaan dari China tetap sehat.
"Kondisi pasar masih dipengaruhi kombinasi faktor pasokan, permintaan, dan geopolitik, sehingga volatilitas harga tetap tinggi," ujar Sachdeva. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest