Survei Sun Life: 60% Keluarga Khawatir Kekayaan Tidak Akan Bertahan Setelah Diwariskan kepada Generasi Berikutnya

avatar
· 阅读量 24

Pasardana.id - Menurut survei terbaru dari Sun Life Asia, meskipun keamanan finansial dianggap sebagai dasar perencanaan warisan di Asia Tenggara, 60% responden khawatir kekayaan mereka tidak akan bertahan setelah diwariskan kepada cucu mereka.

Hal ini menegaskan adanya kebutuhan mendesak untuk membuat perencanaan terstruktur dan literasi keuangan di bidang ini.

Penelitian berjudul Passing the torch: Building lasting legacies in Asia tersebut, mensurvei lebih dari 3.000 responden di Hong Kong (SAR), Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam, menyoroti sikap, perilaku, dan aspirasi tentang perencanaan warisan di Asia.

Asia mengalami pengalihan kekayaan antar generasi terbesar dalam sepuluh tahun mendatang.

Karena itu, perencanaan warisan yang efektif semakin diprioritaskan oleh keluarga di Asia - tidak hanya aset keuangan, namun juga pelestarian nilai, tradisi, dan peluang bagi generasi mendatang. 

Membangun warisan keamanan dan peluang

Lebih lanjut survei menyebutkan, tujuh dari 10 responden (70%) mengatakan telah memiliki perlindungan, untuk memastikan keamanan finansial keluarga mereka menjadi faktor terpenting dalam perencanaan warisan.

Kemudian diikuti dengan memiliki perencanaan waris yang jelas dan disampaikan dengan baik untuk mengurangi kebingungan atau sengketa (53%) dan membangun cukup kekayaan untuk diwariskan kepada generasi berikutnya (48%).

Sebagian besar responden lebih memilih kekayaan warisan mereka digunakan untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang; 59% menginginkan warisan mereka diinvestasikan untuk menciptakan kekayaan jangka panjang melalui aset keuangan, asuransi jiwa, atau bisnis keluarga.

Sejumlah besar responden juga menginginkan warisan mereka mencukupi kebutuhan dasar seperti perumahan dan perawatan kesehatan (59%), kemudian dana pendidikan hingga perguruan tinggi atau pelatihan kejuruan (56%).

Kekhawatiran bahwa warisan tidak akan bertahan setelah generasi berikutnya

Selanjutnya disebutkan, hampir dua pertiga (60%) mengkhawatirkan kekayaan mereka tidak akan bertahan setelah generasi anak mereka; lebih dari separuh (55%) khawatir bahwa ahli waris mereka tidak memiliki kemampuan finansial untuk mengelola aset warisan.

Keadaan ini menegaskan kebutuhan mendesak tentang literasi keuangan yang lebih baik dan dialog keluarga secara terbuka mengenai keuangan.

Hanya 31% responden yakin bahwa anak-anak mereka akan menghormati keinginan mereka tentang pengalihan kekayaan, menjaga aset, dan terus mengembangkannya.

Kekhawatiran terbesar dirasakan orang-orang kaya. 28% mengaku "sangat mengkhawatirkan" pelestarian kekayaan dan menyoroti bahwa kekayaan lebih besar sering disertai tanggung jawab lebih serius dan taruhan yang jauh lebih tinggi.

"Kami melihat perubahan jelas dalam cara keluarga mengartikan warisan. Sebelumnya hanya kekayaan, namun kini menjadi perpaduan antara keamanan finansial, pendidikan dan kehidupan penuh tujuan bagi generasi mendatang. Meskipun menunjukkan kesenjangan antara niat dan tindakan, survei ini menyoroti perlunya perencanaan proaktif, bimbingan profesional, dan dialog keluarga secara terbuka untuk memastikan kelestarian semua aset dan nilai yang ada," terang David Broom, Chief Client & Distribution Officer di Sun Life, dalam siaran pers, Sabtu (01/11).

Warisan bukan hanya tentang uang, namun juga makna

Keluarga di Asia mengartikan warisan mereka dalam berbagai istilah.

Ketika ditanya tentang jenis warisan yang ingin mereka tinggalkan, 41% ingin mewariskan kekayaan, termasuk uang, properti, atau aset berharga lainnya seperti bisnis keluarga kemudian tradisi keluarga (15%), dan ingin memiliki pengaruh pribadi atas keluarga dan teman (13%).

Kekhawatiran melebar, dari masalah keuangan hingga pelestarian nilai-nilai keluarga. 

Hanya 31% responden percaya bahwa anak-anak mereka akan menjunjung tinggi tradisi keluarga.

Perbedaan prioritas di kalangan generasi muda (58%), keterlibatan terbatas (39%), salah menafsirkan nilai-nilai (30%), dan ikatan yang lebih lemah antar generasi (29%) disebut sebagai faktor utama.

"Keluarga zaman sekarang menganggap warisan jauh melebihi warisan finansial. Warisan menciptakan dampak abadi dengan cara mendorong pertumbuhan finansial, mendukung pendidikan dan perawatan kesehatan, dan bahkan membuka peluang global. Orang-orang menginginkan kekayaan mereka bekerja lebih keras saat ini sekaligus menghasilkan momentum yang bermanfaat bagi generasi mendatang," ujar David Broom.

Banyak yang tidak siap meskipun kesadarannya makin meningkat

Sekalipun jika kesadaran tentang perencanaan warisan meningkat di Asia, kesiapannya masih rendah.

Hanya 19% merasa benar-benar siap mengatur warisan seandainya meninggal dunia hari ini, angka ini naik sedikit menjadi 29% di kalangan orang-orang kaya.

Hanya 10% telah menyampaikan rencana warisan mereka, hampir separuh (45%) hanya memiliki rencana sebagian, dan 31% mengaku tidak memiliki rencana sama sekali.

Meskipun sangat menyadari adanya sarana seperti surat wasiat, perwalian, dan penasihat, penyerapannya masih rendah.

Tujuh dari 10 (70%) orang tahu tentang surat wasiat dan dokumen perencanaan waris, namun hanya 38% menggunakannya.

67% mengetahui adanya penasihat keuangan, tapi hanya 36% telah meminta nasihat profesional.

Banyak diskusi warisan tidak memiliki struktur.

Hampir setengah (44%) dari percakapan tentang perencanaan warisan saat ini hanya bersifat informal atau santai.

Tapi tampaknya pilihan ini tidak disukai, hanya 27% responden yang menyatakan bahwa ini adalah pengaturan terbaik.

"Banyak keluarga hanya berbicara tanpa merencanakan. Meskipun semakin banyak orang menyadari perlunya percakapan terbuka tentang kekayaan dan warisan, banyak dari diskusi ini masih kurang terstruktur dan tidak ditindaklanjuti sehingga keputusan warisan yang penting tidak terselesaikan atau disalahpahami. Diskusi formal dengan seluruh keluarga memberikan kejelasan, mencegah konflik, dan memastikan warisan yang lebih langgeng," ujar David Broom.

Literasi keuangan adalah warisan keluarga yang berharga

Keluarga mengubah pendidikan keuangan menjadi bentuk lain dari warisan dengan cara mewariskan pengetahuan dan pengalaman tentang mengelola uang.

Ketika ditanya tindakan apa yang telah atau akan mereka lakukan untuk memperkuat kepercayaan diri generasi penerus, mayoritas mengatakan bahwa mereka berbagi pengalaman keuangan pribadi (54%), melakukan diskusi keuangan secara terbuka (53%), dan mengajarkan dasar-dasar keuangan (53%).

Bimbingan profesional untuk perencanaan warisan juga semakin diminati. 37% responden telah menggunakan jasa penasihat, dan 42% berencana akan melakukannya.

Orang kaya menduduki persentasi lebih tinggi di mana 58% pernah meminta nasihat.

Sedangkan hampir separuh responden Gen Z (47%) berniat melakukannya.

Hal ini mencerminkan peralihan generasi menuju dukungan terstruktur.

"Saat ini masyarakat ingin mewariskan lebih dari sekadar kekayaan. Mereka ingin memberikan pengetahuan dan nilai-nilai kepada generasi berikutnya agar dapat mengelolanya dengan bijak. Karena literasi keuangan adalah bagian penting dari warisan seseorang, kami berkomitmen untuk membantu keluarga merencanakan dan membangun warisan yang langgeng dengan cara memberikan nasihat tepercaya dan edukasi keuangan yang dapat menjembatani kesenjangan antara niat dan kepercayaan diri," tandas David Broom.

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest