- Rupiah defensif meski rilis data domestik relatif solid.
 - Tren pelemahan rupiah berlanjut secara mingguan dan bulanan.
 - Pasar global menunggu katalis baru dari ISM dan komentar FOMC.
 
Perdagangan rupiah pada Senin siang bergerak defensif, dengan USD/IDR naik ke 16.673 (+0,29%) setelah rilis data domestik. Meski inflasi terkendali dan PMI manufaktur menguat, bursa valas belum memberikan ruang pemulihan berarti bagi rupiah. Untuk perdagangan awal November ini, rentang dalam perdagangan harian diprakirakan berada pada 16.610-16.675.
Tekanan terhadap rupiah juga tercermin dalam horizon lebih panjang. USD/IDR tercatat naik sekitar +0,35% secara mingguan dan naik sekitar +0,84% secara basis bulanan. Pola ini menegaskan bahwa pelemahan rupiah bukan semata fenomena sesi hari ini, namun terbentuk konsisten dalam tren jangka pendek selama satu bulan terakhir.
Inflasi dan Neraca Dagang Stabil, namun Surplus Mulai Menyempit
Data ekonomi Indonesia pada Senin (3 November 2025) menunjukkan inflasi Oktober naik ke 2,86% YoY dari 2,65%, dengan core inflation naik menjadi 2,36% dari 2,19% – masih dalam rentang yang relatif nyaman bagi BI. Sementara itu, surplus neraca perdagangan September kembali positif sebesar USD 4,34 miliar, namun lebih rendah dari USD 5,49 miliar bulan sebelumnya. Ekspor masih kuat tumbuh 11,41% YoY, sementara impor kembali pulih 7,17% YoY setelah sebelumnya -6,56%. PMI manufaktur naik ke 51,2 dari 50,4 – menjaga sektor industri tetap bertahan di zona ekspansi.
Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, menilai permintaan yang meningkat di awal kuartal IV 2025 mendorong sektor manufaktur bergerak lebih kuat. Pembelian input dan perekrutan meningkat, meski produksi belum sepenuhnya selaras karena beberapa produsen masih memanfaatkan stok barang jadi sebelumnya. Di sisi lain, tekanan biaya bahan baku tetap tinggi, mendorong perusahaan hanya menaikkan harga jual tipis untuk mempertahankan daya saing.
Kolaborasi BI-OJK Membuka Jalan Transformasi Pembayaran Digital
Dalam forum FEKDI x IFSE 2025 di Jakarta (31 Oktober 2025), OJK menegaskan siap berkolaborasi sejak tahap awal bersama Bank Indonesia untuk pengembangan rupiah digital, termasuk stablecoin domestik dan skema sekuritisasi berbasis rupiah digital.
Menurut Hasan Fawzi, arah kerja sama ini tidak hanya berhenti pada aspek teknis sandbox, namun juga menyangkut penguatan governance, model mitigasi risiko, perlindungan konsumen, serta standarisasi interoperabilitas dalam arsitektur pembayaran nasional. Ia menjelaskan bahwa rupiah digital nantinya diharapkan benar-benar berfungsi sebagai alat transaksi yang sah dan aman dalam ekosistem keuangan Indonesia, meski keputusan final legal tender tetap sepenuhnya berada pada BI.
Sentimen ini memperkuat kredibilitas rupiah dalam jangka menengah karena digital rupiah dikembangkan dengan kerangka regulasi yang jelas, namun untuk perdagangan awal November bursa valas belum merespons signifikan dan tetap lebih fokus pada kekuatan dolar global.
Teknologi, Politik AS, dan Arah Kebijakan The Fed Menentukan Arah USD Global
Dari Amerika Serikat, Presiden Donald Trump menegaskan bahwa chip AI Nvidia seri Blackwell tidak akan dibuka untuk akses global — mengirim sinyal bahwa Washington kembali mengunci leverage teknologi untuk mempertahankan posisi dominan dalam rivalitas AI global. Pernyataan ini menjadi pembatas bagi risiko-on rebound yang sempat terbentuk pasca tensi perdagangan AS–Tiongkok mulai mereda beberapa hari lalu.
Di saat bersamaan, kondisi politik domestik AS kian mengaburkan arah risiko. Shutdown pemerintah telah berlangsung lebih dari satu bulan, dan belum ada tanda kompromi antara kubu legislatif. Trump mendorong penghapusan filibuster agar pendanaan dapat lolos, namun pimpinan GOP sendiri belum siap membuka jalan tersebut. Potensi dampak ekonomi material mulai diperhitungkan pasar karena durasi shutdown ini mulai menyentuh level historikal.
Sementara itu, The Fed pada akhir Oktober memangkas suku bunga 25 bp dan akan menghentikan pengetatan neraca pada Desember. Namun Ketua Jerome Powell menegaskan pemangkasan lanjutan belum otomatis. Nada hati-hati sejumlah pejabat FOMC terhadap prospek pelonggaran tambahan menjaga dolar AS tetap kokoh, sekaligus membuat rupiah kehilangan momentum pemulihan pada awal pekan.
USD Masih Dominan, Rupiah Menunggu Sinyal Lebih Tegas
Untuk sesi perdagangan global hari Senin, perhatian pasar akan tertuju pada rilis PMI Manufaktur ISM AS serta komentar pejabat FOMC. Momentum ini berpotensi menentukan arah USD secara lebih presisi menjelang sesi AS malam nanti. Sentimen pasar global sementara ini masih menempatkan dolar dalam posisi kuat, membuat bursa valas lain – termasuk rupiah – bergerak menunggu katalis yang lebih tegas.
Bagi rupiah, setiap sinyal retorika hawkish tambahan dari The Fed dapat mempersempit ruang pemulihan dalam waktu dekat. Investor cenderung mempertahankan posisi hati-hati dan menunggu data lanjutan sebelum memperbesar eksposur rupiah, terutama selama fase awal November ini ketika tekanan eksternal masih dominan.
Indikator Ekonomi
PMI Manufaktur ISM
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Institute for Supply Management (ISM), yang dirilis setiap bulan, merupakan indikator utama yang mengukur aktivitas bisnis di sektor manufaktur AS. Indikator tersebut diperoleh dari survei terhadap eksekutif pemasok manufaktur berdasarkan informasi yang mereka kumpulkan di organisasi masing-masing. Respons survei mencerminkan perubahan, jika ada, pada bulan ini dibandingkan bulan sebelumnya. Angka di atas 50 menunjukkan bahwa ekonomi manufaktur secara umum berkembang, yang merupakan tanda bullish bagi Dolar AS (USD). Angka di bawah 50 menandakan aktivitas pabrik secara umum menurun, yang dipandang sebagai bearish bagi USD.
Baca lebih lanjutRilis berikutnya Sen Nov 03, 2025 15.00
Frekuensi: Bulanan
Konsensus: 49.2
Sebelumnya: 49.1
Sumber: Institute for Supply Management
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Institute for Supply Management (ISM) memberikan pandangan yang andal terhadap keadaan sektor manufaktur AS. Data di atas 50 menunjukkan bahwa aktivitas bisnis berkembang selama periode survei dan sebaliknya. IMP dianggap sebagai indikator utama dan dapat menandakan pergeseran siklus ekonomi. Hasil cetak yang lebih kuat dari perkiraan biasanya berdampak positif pada USD. Selain IMP utama, data Indeks Ketenagakerjaan dan Indeks Harga yang Dibayar diawasi dengan cermat karena keduanya menyoroti pasar tenaga kerja dan inflasi.
作者:Tim FXStreet,文章来源FXStreet_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。


加载失败()