Ringgit Melesat, Harga CPO Berjangka Akhiri Penguatan Dua Sesi Beruntun

avatar
· 阅读量 13
  • Harga CPO turun 0,34% menjadi 4.123 ringgit per ton akibat penguatan ringgit yang membuat komoditas lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
  • Penguatan ringgit ke level tertinggi dalam setahun menekan sentimen pasar, meski harga minyak nabati saingan seperti soyoil di Dalian dan Chicago cenderung naik.
  • Konsumsi biodiesel berbasis sawit Indonesia mencapai 12,25 juta kiloliter hingga 10 November, sementara COFCO China menandatangani kesepakatan impor produk pertanian senilai USD10 miliar.

Ipotnews - Harga minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia melemah, Rabu, setelah mencatat kenaikan dua sesi beruntun. Pelemahan ini dipicu penguatan ringgit yang membuat harga komoditas tersebut lebih mahal bagi pembeli yang bertransaksi dengan mata uang lain.
Kontrak acuan minyak sawit untuk pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 14 ringgit atau 0,34 persen menjadi 4.123 ringgit (USD976) per ton metrik saat jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Rabu (12/11).
Sebelumnya, kontrak ini sempat menguat 0,61 persen dalam dua sesi perdagangan terakhir.
"Pasar bergerak lebih rendah karena penguatan ringgit menekan sentimen," ujar David Ng, trader Iceberg X Sdn Bhd, perusahaan trading yang berbasis di Kuala Lumpur.
Ringgit--mata uang yang digunakan dalam perdagangan CPO--naik 0,15 persen terhadap dolar AS menjadi 4,13 pada pukul 12.00 WIB, menandai posisi terkuatnya dalam satu tahun terakhir.
Sementara itu, kontrak minyak kedelai (soyoil) paling aktif di bursa Dalian naik 0,39 persen, sedangkan kontrak CPO-nya turun 0,21 persen. Di Chicago Board of Trade, harga minyak kedelai naik 0,16 persen.
Pergerakan harga CPO kerap mengikuti tren minyak pesaing lainnya karena berkompetisi di pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Harga minyak mentah relatif stabil setelah sempat menguat pada sesi sebelumnya, di tengah ekspektasi berakhirnya penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah Amerika Serikat dapat mendorong permintaan energi di negara tersebut.
Namun, harga minyak mentah yang lebih lemah dapat membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel.
Kementerian Energi dan Sumber Dqaya Mineral melaporkan konsumsi biodiesel hingga 10 November mencapai 12,25 juta kiloliter metil ester asam lemak ( FAME ) yang diproduksi dari CPO.
Sementara itu, unit biji minyak milik BUMN China, COFCO, mengumumkan telah menandatangani perjanjian untuk membeli kedelai, minyak kedelai, minyak sawit, dan produk pertanian lain dari Brasil dengan total hampir 20 juta ton senilai lebih dari USD10 miliar.
Secara teknikal, analis Reuters Wang Tao memperkirakan harga CPO berpotensi menguji kembali level resistance di 4.174 ringgit per ton. Jika menembus level tersebut, berpeluang naik ke kisaran 4.196 hingga 4.223 ringgit per ton. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
回复 0

暂无评论,立马抢沙发

  • tradingContest