Pasar Antisipasi Prospek Pemangkasan BI Rate Pekan Depan, Rupiah Diprediksi Melemah

avatar
· 阅读量 23
  • Rupiah melemah tipis ke level Rp16.731 per dolar AS pada Kamis (13/11), tertekan oleh antisipasi pemangkasan suku bunga BI pada pekan depan.
  • Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp16.650-Rp16.800, meski indeks dolar AS cenderung melemah akibat pernyataan dovish pejabat The Fed.
  • Pejabat The Fed Mary Daly menilai ekonomi AS mulai melemah dan inflasi terkendali, sehingga peringatkan risiko mempertahankan suku bunga tinggi terlalu lama.

Ipotnews - Kurs rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini, karena pelaku pasar mengantisipasi prospek pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia edisi November 2025 pada pekan depan.
Mengutip data Bloomberg, Kamis (13/11) pukul 09.10 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.731 per dolar AS, melemah 14 poin atau 0,08% dibandingkan posisi akhir perdagangan Rabu (12/11) di Rp16.717 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan rupiah diperkirakan masih tertekan terhadap dolar AS oleh antisipasi pemangkasan suku bunga acuan oleh BI minggu depan.
"Walau indeks dolar AS sendiri terpantau turun oleh pernyataan dovish dari beberapa pejabat the Fed. Rupiah diperkirakan di kisaran Rp16.650 - Rp16.800 per dolar AS hari ini," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini melalui WhatsApp.
Dolar AS sendiri terpantau agak volatile pagi ini, sempat rebound namun kembali turun. Beberapa pejabat the Fed yang berpidato semalam pada umumnya condong dovish
"Namun rupiah masih dibayangi prospek pemangkasan suku bunga acuan BI dan kebijakan longgar pemerintah dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tahun depan," jelas Lukman.
Sebelumnya Gubernur the Fed Bank of San Francisco, Mary Daly memandang ekonomi AS mungkin sedang mengalami penurunan permintaan, sementara inflasi akibat tarif tampaknya terkendali untuk saat ini. Dia pun memperingatkan agar tidak mempertahankan suku bunga terlalu tinggi dalam waktu terlalu lama.
"Jika Anda menganalisis data, yang Anda lihat adalah, Anda tidak melihat inflasi melonjak di sektor jasa atau perumahan, dan yang terpenting, Anda tidak melihatnya menyebar ke ekspektasi inflasi," jelas Daly di Bloomberg TV, Senin kemarin.
"Kami juga melihat pasar tenaga kerja melemah dan pertumbuhan upah moderat, jadi tidak akan ada banyak tekanan pada sisi biaya tenaga kerja," ujar Daly.
"Jadi, saya menggabungkan semua faktor tersebut, dan kami tidak ingin membuat kesalahan dengan menahan suku bunga terlalu lama hanya untuk menyadari bahwa kami telah merusak ekonomi," ungkap Daly.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
回复 0

暂无评论,立马抢沙发

  • tradingContest