- Rupiah melemah tipis 0,07% ke Rp16.728 per dolar AS pada Kamis (13/11), tertekan penguatan indeks dolar setelah berakhirnya penutupan pemerintahan AS yang mengurangi ketidakpastian fiskal dan mendorong permintaan dolar.
- Penguatan dolar AS diperkuat oleh sikap pejabat The Fed yang masih terbagi soal arah suku bunga serta meningkatnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan NATO, yang memicu minat terhadap aset safe haven.
- Dari dalam negeri, sentimen negatif datang dari target defisit APBN 2026 sebesar 2,68% dari PDB, di atas batas aman 2,45%-2,53%, menambah tekanan terhadap rupiah yang diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.730-Rp16.770 per dolar AS pada perdagangan berikutnya.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan hari ini, seiring dengan penguatan indeks dolar, di tengah meredanya ketidakpastian fiskal usai berakhirnya penutupan pemerintahan Amerika Serikat.
Mengutip data Bloomberg, Kamis (13/11) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.728 per dolar AS, melemah 11 poin atau 0,07% dibandingkan posisi akhir perdagangan Rabu (12/11) di Rp16.717 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pelemahan rupiah dipicu oleh penguatan dolar AS yang mendapat dukungan dari sentimen eksternal, terutama setelah Dewan Perwakilan Rakyat AS mengesahkan RUU pendanaan pemerintah untuk mengakhiri penutupan terlama dalam sejarah negara tersebut.
"Pengesahan RUU ini membantu menjernihkan ketidakpastian atas permintaan bahan bakar AS, mengingat penutupan tersebut menyebabkan ribuan pembatalan penerbangan di seluruh negeri. Berakhirnya penutupan juga akan memungkinkan rilis data ekonomi resmi AS, memberikan pasar kejelasan baru tentang konsumen bahan bakar terbesar di dunia," tulis Ibrahim dalam publikasi risetnya sore ini.
RUU pendanaan itu disahkan dengan suara 222 banding 209, membuka jalan bagi Presiden Donald Trump untuk menandatanganinya menjadi undang-undang. Dengan demikian, pendanaan pemerintah AS akan kembali berjalan setidaknya hingga 30 Januari mendatang.
Selain itu, dolar juga terdorong oleh sikap bank sentral AS (Federal Reserve) yang masih terbagi soal arah suku bunga. Gubernur Fed Stephen Miran menilai kebijakan moneter saat ini terlalu ketat dan membuka ruang pelonggaran, sementara Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic lebih memilih mempertahankan suku bunga hingga ada bukti jelas bahwa inflasi benar-benar menuju target 2%.
Sementara dari kawasan Eropa, ketegangan geopolitik antara Rusia dan
NATO
kembali meningkat setelah pernyataan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov yang menegaskan Moskow siap menghadapi kemungkinan konfrontasi langsung dengan Barat. Hal ini ikut memperkuat permintaan aset safe haven, termasuk dolar AS."Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Moskow juga sepenuhnya siap menghadapi kemungkinan konflik semacam itu. Peskov mengatakan dia sependapat dengan Presiden Serbia Aleksandar Vucic, yang memperingatkan bahwa militerisasi Eropa yang pesat membuat perang langsung antara Rusia dan
NATO
semakin tak terelakkan," tambah Ibrahim.Dari dalam negeri, sentimen datang dari proyeksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) 2026 yang dipatok sebesar 2,68% terhadap produk domestik bruto (PDB), di atas batas aman kisaran 2,45%-2,53% dari PDB sebagaimana tertuang dalam PMK No.70/2025 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2025-2029.
"Bahkan, outlook defisit APBN 2025 sebesar 2,78% pun melebihi batas aman dalam target tersebut yakni sebesar 2,53% dari PDB," ungkap Ibrahim.
Untuk perdagangan Jumat (14/11), Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi melemah di kisaran Rp16.730-Rp16.770 per dolar AS.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下

暂无评论,立马抢沙发