Pertumbuhan ekonomi Jepang terkontraksi pertama kalinya dalam enam kuartal. Ekonomi Jepang turun 1,8% secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2025.
Melansir dari CNBC International, Selasa (18/11/2025), secara kuartalan, Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Sakura secara kuartalan pada periode Juli-September tercatat turun pertama kalinya dalam enam kuartal sebesar 0,4%. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini lebih kecil dari perkiraan, dengan ditopang konsumsi pemerintah dan swasta yang masih tumbuh tipis.
Permintaan publik tumbuh 2,2% secara tahunan, terutama didorong oleh konsumsi pemerintah. Sementara, permintaan swasta turun 1,8% akibat anjloknya investasi residensial yang merosot lebih dari 32%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Limbah Nanas Diolah Jadi Sumber Cuan hingga Tembus Ekspor, Kok Bisa? |
Ekspor juga melemah 4,5% pada kuartal III secara tahunan dan turun 1,2% dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal II-2025, ekspor masih tumbuh 2,3%.
Di sektor pasar keuangan, yen melemah tipis terhadap dolar AS. Indeks Nikkei 225 turun 0,29%. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 1,73%.
Ekspor Jepang sebelumnya mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut sejak Mei akibat tarif AS yang menekan pengiriman ke sana, meski pada September ekspor mulai kembali tumbuh. Jepang telah mencapai mencapai kesepakatan dagang dengan Washington pada Juli lalu. Kesepakatan itu menurunkan tarif terhadap produk ekspor Jepang ke AS dari 25% menjadi 15% yang efektif berlaku 7 Agustus.
Konsumsi domestik menahan perlambatan ekonomi, dengan konsumsi pemerintah dan swasta masing-masing naik 0,5% dan 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya. Permintaan publik secara kuartalan tumbuh 0,5% dan menyumbang 0,1 poin persentase terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang.
Namun, permintaan swasta menjadi penekan utama terhadap PDB kuartal ini, turun 0,4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Permintaan ini mengurangi pertumbuhan 0,3 poin persentase, seiring investasi residensial yang anjlok 9,4%.
Ekonom utama di S&P Global Market Intelligence, Harumi Taguchi memperkirakan pertumbuhan PDB akan kembali pulih ke depan. Ia menilai dampak aturan perumahan baru akan berkurang.
Pada 2024, Jepang menerapkan standar konservasi energi yang lebih ketat untuk semua proyek baru yang dimulai sejak 1 April tahun ini. Taguchi menambahkan kesepakatan tarif AS-CHina menurunkan tarif timbal-balik mulai berdampak positif pada pesanan dari Jepang.
Pertumbuhan yang lemah ini kemungkinan akan memperkuat rencana Perdana Menteri Jepang yang baru terpilih, Sanae Takaichi, untuk menggelontorkan stimulasi ekonomi.
(kil/kil)作者:Retno Ayuningrum -,文章来源detik_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

暂无评论,立马抢沙发