Thrifting Laris Disebut Bukan Karena Butuh Baju, tapi Gaya Hidup

avatar
· 阅读量 12
Thrifting Laris Disebut Bukan Karena Butuh Baju, tapi Gaya Hidup
Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM Temmy Satya Permana - Foto: detikcom/Retno Ayuningrum
Jakarta

Kementerian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menyampaikan barang bekas (thrifting), termasuk pakaian bekas impor masih beredar di pasar domestik. Menurut Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, Temmy Satya Permana, penjalan thrifting didorong oleh gaya hidup (lifestyle) masyarakat.

Temmy menilai tren thrifting digemari bukan karena kebutuhan dasar membeli pakaian. Menurutnya, hal ini terjadi lantaran masyarakat masih mencari barang yang unik serta terjangkau.

Tren thrifting ini menjadi alasan mengapa pakaian bekas impor masih mendominasi komposisi dagang di Pasar Senen. Temmy menyebut di Pasar Senen sebanyak 60% pedagang menjual pakaian bekas, dan 40% menjual produk lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cuma karena saat ini trend masyarakat-nya masih mencari yang unik-unik gitu lewat thrifting pakaian bekas impor ini, ya mau nggak mau mereka tuh omzet di sana," ujar Temmy saat dijumpai di kantornya, Jakarta Selatan, Selasa (18/11/2025).

Baca juga: Pasar Senen Mau Disulap Jadi Pusat Brand Lokal, Harga Lebih Murah dari Mal

ADVERTISEMENT

Selain itu, gaya hidup dan keinginan berburu merek branded dengan harga murah juga menjadi pendorong penjualan thrifting. Hal ini berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh Kementerian UMKM.

Ia mencontohkan dengan masyarakat di pinggiran Jakarta cenderung belanja di pasar tradisional terdekat untuk membeli kebutuhan, bukan ke Pasar Senen. Menurut Temmy, pembeli yang datang di Pasar Senen adalah mereka yang mencari merek ternama dengan harga murah.

"Memang thrifting ini kan sebetulnya kan kalau kita lihat, bahwa sebetulnya banyak yang datang ke thrifitng itu ada lebih kepada teman-teman yang memang berburu style ya, lifestyle. Bukan orang yang memang butuh baju, dia datang ke sana," jelas Temmy.

Temmy menyebut pembeli thrifting sebetulnya belum mengetahui produk lokal yang berkualitas lantaran aksesnya masih terbatas. Kondisi ini disebabkan brand-brand lokal belum berani membuka gerai karena biaya investasi yang tinggi.

"Nah sekarang masalahnya, cuma memang mereka belum menemukan produk lokal yang bagus, belum tahu. Kenapa? Kita susah sekarang cari produk lokal, karena kan belum terbatas," tambah Temmy.

Terkait dengan harga pakaian bekas impor yang lebih murah, Temmy menilai isu ini akan terselesaikan seiring pasar domestik dikuasai produk lokal. "Sebetulnya nanti akan bersaing. Pada saat semua pasar ini dikuasai produk lokal, harga pasti akan bersaing dengan sendiri. Pasti akan terbentuk pareto optimu, pasti akan terbentuk, persaingan harganya pasti bagus," terang Temmy.

(kil/kil)

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
回复 0

暂无评论,立马抢沙发

  • tradingContest