- Harga minyak naik hampir 1% setelah OPEC + menegaskan kembali penundaan kenaikan produksi pada kuartal pertama 2025, meredam kekhawatiran kelebihan pasokan.
- Ketegangan geopolitik meningkat, termasuk rencana AS menutup wilayah udara Venezuela dan serangan Ukraina terhadap infrastruktur minyak Rusia, yang menambah risiko pasokan.
- Pembicaraan damai Rusia-Ukraina kembali penuh ketidakpastian, sementara AS dan Ukraina menyatakan masih banyak pekerjaan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung tiga tahun.
Ipotnews - Harga minyak melesat hingga 1,5%, Senin, setelah negara-negara anggota OPEC + menegaskan kembali keputusan untuk menghentikan sementara kenaikan output pada kuartal pertama tahun depan, sementara potensi tindakan Amerika terhadap Venezuela menambah kegelisahan pasar.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, kemudian memangkas sebagian kenaikannya dan tercatat menguat 0,98% menjadi USD62,99 per barel pada pukul 07.52 WIB, demikian laporan Reuters, di Perth, Senin (1/12).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), naik 57 sen atau 0,99% menjadi USD59,12 per barel.
OPEC +, yang terdiri dari negara anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ) dan sekutu termasuk Rusia, sebelumnya sepakat pada awal November untuk menunda peningkatan output. Langkah ini diambil guna meredam kekhawatiran pasar akan potensi kelebihan pasokan global.
Dalam pernyataan usai pertemuan Minggu, OPEC + menegaskan kembali pentingnya "mengadopsi pendekatan hati-hati dan menjaga fleksibilitas penuh untuk melanjutkan atau membalikkan penyesuaian produksi sukarela tambahan."
Analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, mengatakan hasil pertemuan tersebut sudah banyak diperkirakan mengingat keputusan sebelumnya. "Kekhawatiran pasar akan meningkatnya surplus minyak global kemungkinan berperan dalam keputusan OPEC +," tulisnya dalam catatan kepada klien.
Dari sisi geopolitik, keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menutup wilayah udara Venezuela turut menambah ketidakpastian pasar, mengingat negara Amerika Selatan itu merupakan produsen minyak utama. Analis ING dalam laporannya menyebut risiko tambahan terhadap pasokan minyak Venezuela semakin meningkat setelah Trump mempertimbangkan penutupan wilayah udara tersebut.
Minggu, Trump mengatakan telah berbicara dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut atau menjelaskan apakah komentarnya terkait wilayah udara mengindikasikan kemungkinan aksi militer. "Jangan mengartikan apa-apa dari itu," ujar Trump.
Di Eropa, ketidakpastian yang meningkat terkait pembicaraan damai Rusia-Ukraina membalikkan sentimen bearish dalam dua pekan terakhir, saat kesepakatan damai tampak lebih dekat dan memunculkan kekhawatiran potensi masuknya kembali volume besar minyak Rusia yang saat ini terkena sanksi ke pasar global.
Militer Ukraina pada Sabtu menyatakan melalui media sosial bahwa mereka telah menyerang sebuah kilang minyak Rusia dan fasilitas penerbangan militer Beriev di wilayah Rostov. Selain itu, drone angkatan laut Ukraina dilaporkan mengenai dua kapal tanker yang disanksi dan sedang menuju pelabuhan Rusia di Laut Hitam untuk mengambil minyak bagi pasar ekspor.
Di tengah ketegangan tersebut, pejabat Ukraina dan Amerika Serikat bertemu pada Minggu di Florida untuk membahas perkembangan perang. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyebut pertemuan itu "sangat produktif", tetapi menegaskan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengakhiri konflik yang kini memasuki tahun ketiga. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下

暂无评论,立马抢沙发