Fenomena Baru: Orang Kaya Asia Berburu 'Garasi Langit'

avatar
· 阅读量 766
Fenomena Baru: Orang Kaya Asia Berburu 'Garasi Langit'
Ilustrasi/Foto: Istimewa/Luxatic
Jakarta

Orang kaya di Asia Tenggara kini berburu griya tawang (penthouse) dengan fasilitas tak lazim, tempat parkir khusus supercar yang terhubung langsung ke ruang tamu. Di sisi lain, kelas menengah harus berjuang membayar cicilan demi mempertahankan tempat tinggal.

Daniel Ho, konsultan properti mewah, memiliki klien yang menginginkan segala yang terbaik yang bisa dibeli dengan uang. Mereka mencari hunian bermerek dan penthouse berdinding kaca dengan pemandangan panorama, lengkap dengan tempat parkir bertingkat tinggi untuk supercar, di kawasan elit seperti Bangkok, Jakarta, Kuala Lumpur, dan Manila.

Di "dunia" yang berbeda, Manajer Aset Tingkat Menengah Charoen Kijvekin menghadapi realitas sebaliknya. Kliennya adalah warga Thailand yang terlilit utang dan berusaha merebut kembali rumah mereka yang disita melalui lelang. Ada pula klien dari lapisan bawah yang masih berpegang pada 'impian kepemilikan' rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keduanya menjadi saksi kesenjangan yang kian melebar antara yang kaya dan yang miskin. Di seluruh Asia Tenggara, orang-orang kaya membayar harga fantastis untuk properti utama, sementara mereka yang terlilit utang berjuang mempertahankan tempat tinggal-sering kali hanya karena kehilangan pekerjaan atau krisis keluarga, mereka bisa kehilangan rumah.

"Sebagian besar pelanggan saya kehilangan pekerjaan. Jika mereka tidak mampu membayar cicilan, bank akan menyita rumah mereka. Saat itulah mereka datang kepada saya," kata Charoen, seorang pekerja di JZD Asset Management, yang menyediakan pinjaman berbunga rendah kepada orang-orang yang ditolak bank, dikutip dari South China Morning Post, Sabtu (13/12/2025).

ADVERTISEMENT

Model bisnisnya dibangun dengan membeli rumah sitaan yang dilelang, lalu menjualnya kembali kepada pemilik sebelumnya dengan menawarkan pinjaman berbunga yang menurutnya lebih rendah dibandingkan sebagian besar bank.

Asia Tenggara dikenal sebagai 'rumah' bagi sejumlah kondisi ekonomi paling timpang di dunia. Di Thailand, 10% orang terkaya menguasai lebih dari 70% total kekayaan, menurut World Inequality Database. Di Filipina, kekayaan 50 keluarga terkaya hampir setara dengan seperlima dari keseluruhan perekonomian nasional.

Baca juga: Geser Pemain Lama, Harta Melonjak: 3 Nama Baru Tembus 10 Orang Terkaya RI

Sementara itu, kelas menengah di kawasan ini berada di bawah tekanan yang semakin berat. Setiap bulan, beban utang bertambah. Tahun ini, kondisi kian sulit karena tarif Amerika Serikat (AS) menekan pertumbuhan ekonomi, persaingan harga murah dari China menggerus margin usaha kecil, dan kehilangan pekerjaan meningkat seiring teknologi kecerdasan buatan (AI) mengancam pekerjaan yang sebelumnya dianggap aman.

Di puncak piramida, kekayaan justru terus berlipat ganda dengan kemunculan jutawan baru dalam jumlah besar. Tahun lalu, tercatat lebih dari 850.000 orang di Asia-Pasifik memiliki kekayaan bersih setidaknya US$10 juta (sekitar Rp116 miliar), menurut Laporan Kekayaan 2025 dari konsultan properti global Knight Frank.

Seiring meningkatnya kekayaan, para pengembang mengubah lanskap kota. Di Ayala Avenue yang eksklusif di Manila, 'super penthouse' dijual dengan harga lebih dari US$7 juta. Sementara itu, Aurelia Residences-dengan harga kondominium termurah lebih dari US$6.000 per meter persegi-mendorong ibu kota Filipina menjadi peringkat kedua dunia untuk pertumbuhan harga properti mewah pada 2024, menurut Prime Global Cities Index dari Knight Frank.

Hunian bermerek juga berkembang pesat, mulai dari vila mewah di Raffles Residences Bali yang dilengkapi pelayan dan koki pribadi, hingga Residences at Mandarin Oriental di Da Nang yang baru diluncurkan.

Thailand memimpin kawasan dalam tren ini, menurut Ho, karena pembelian properti mewah semakin sering dikaitkan dengan merek-merek bergengsi seperti St. Regis atau Mandarin Oriental.

Rata-rata penduduk Malaysia sedikit lebih kaya dibandingkan Thailand, dan perekonomiannya-yang diproyeksikan tumbuh sekitar 5% tahun ini-memberikan ruang bernapas yang relatif lebih longgar.

Namun, hampir 28.500 orang dinyatakan bangkrut antara 2021 hingga Oktober tahun ini, berdasarkan data Departemen Kepailitan Malaysia yang dibagikan kepada This Week in Asia. Dari jumlah tersebut, pinjaman perumahan menyumbang hampir 2.350 kasus.

(fdl/fdl)

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
回复 0

暂无评论,立马抢沙发

  • tradingContest