- Pasar China kembali menarik, tetapi pemulihan ekonomi domestik masih rapuh
- Reli pasar berisiko kehilangan momentum tanpa dorongan konsumsi dan properti
- Investor menunggu bukti nyata ekonomi berbalik arah, bukan sekadar stimulus pasar
Ipotnews - Pasar keuangan China mulai melepaskan label "tak layak investasi" tahun ini. Namun untuk benar-benar mengubur stigma tersebut, para investor menilai ekonomi domestik perlu menunjukkan akselerasi nyata agar optimisme pasar tidak cepat memudar.
Saham, mata uang yuan, dan pasar obligasi onshore China masih berada di jalur untuk memberikan imbal hasil positif pada 2025--sebuah pencapaian yang belum terlihat dalam hampir lima tahun terakhir. Meski demikian, reli saham mulai kehilangan tenaga dalam beberapa pekan terakhir, sementara imbal hasil obligasi tetap rendah akibat tekanan deflasi yang meluas.
Memasuki tahun baru, sentimen konsumen masih lemah dan sektor properti belum keluar dari keterpurukan. Kondisi ini membuat pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh lonjakan ekspor, yang diperkirakan cukup untuk membantu pemerintah mencapai target pertumbuhan sekitar 5%.
Sejumlah manajer investasi global seperti BlackRock, Fidelity International, dan Amundi memperkirakan arus dana asing ke pasar China masih berpotensi meningkat tahun depan. Harapannya, optimisme investor dapat menular ke konsumen dan mendorong ekspansi korporasi, sehingga pasar keuangan pada akhirnya ikut menggerakkan ekonomi riil.
"Apa yang dulu dianggap 'tak bisa diinvestasikan', lalu 'menarik secara selektif', kini menjadi 'tak tergantikan' bagi sebagian investor," ujar Aidan Yao, Senior Investment Strategist Asia di Amundi Investment Institute. Ia menilai, seiring berubahnya para skeptis menjadi pendukung, dana yang selama ini menunggu di pinggir pasar bisa kembali masuk dan menopang fase kenaikan berikutnya.
Kebangkitan ini cukup mengejutkan banyak pihak. Saham-saham di Bursa Shanghai melonjak ke level tertinggi dalam satu dekade, yuan berpeluang mencatatkan penguatan tahunan pertama sejak 2021 terhadap dolar AS, dan investor global memborong obligasi pemerintah China berdenominasi dolar AS dan euro.
Data bank sentral menunjukkan kepemilikan saham China oleh investor asing meningkat dengan laju tercepat sejak 2020 hingga akhir September. Penjualan obligasi pemerintah oleh investor asing juga mereda signifikan, meski imbal hasil masih rendah.
Antusiasme pasar mulai terbentuk sejak awal tahun, dipicu oleh momen "DeepSeek", ketika startup kecerdasan buatan (AI) lokal mengejutkan dunia dengan model AI yang kinerjanya sebanding dengan chatbot terbaik global, namun dengan biaya pengembangan jauh lebih rendah. Sentimen juga diperkuat oleh posisi perdagangan China yang kian solid, didukung dominasi hampir monopoli pada logam tanah jarang dan pergeseran strategi dari ketergantungan pada konsumen AS.
Di tengah tarif Presiden AS Donald Trump dan meningkatnya proteksionisme global, China mencatat surplus perdagangan US$1,1 triliun dalam 11 bulan pertama tahun ini--rekor tertinggi. Ini berbanding terbalik dengan masa pandemi, ketika lockdown ketat melumpuhkan rantai pasok dan menghantam kepercayaan konsumen, ditambah pengetatan regulasi terhadap sektor teknologi dan pendidikan yang membuat investor global menjauh.
Sejak 2023, pemerintah Presiden Xi Jinping mulai melonggarkan tekanan terhadap perusahaan teknologi. Sinyal yang lebih tegas muncul awal tahun ini, ketika Xi menggelar pertemuan langka dengan para bos teknologi, termasuk Jack Ma, menandakan dukungan terhadap wirausaha swasta di tengah memanasnya perang dagang dengan AS.
Pemerintah juga meningkatkan dukungan bagi pasar modal, diawali dengan paket stimulus besar pada akhir 2024. Bank sentral kemudian menyediakan likuiditas dalam skala belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk instrumen yang menyerupai dana stabilisasi pasar saham.
Menurut Joseph Zhang dari Fidelity, kombinasi stabilisasi ekonomi, pengendalian risiko properti, dan perbaikan laba perusahaan dapat semakin menarik minat investor asing. Namun ia mengingatkan, efek kekayaan dari kenaikan pasar saham mungkin terbatas.
Dalam dua tahun terakhir, rumah tangga China memang memperoleh tambahan kekayaan sekitar 4,5 triliun yuan dari reli saham. Namun angka itu lebih dari terhapus oleh penurunan nilai properti residensial sekitar 20 triliun yuan. Pasar properti pun masih rapuh, tercermin dari tekanan harga rumah yang memburuk dan masalah keuangan pengembang besar seperti China Vanke.
Data terbaru menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel menjadi yang terlemah sejak awal pandemi, sementara investasi kembali menurun pada November. Ekonomi juga masih terjebak dalam deflasi, dengan harga konsumen dan produsen diperkirakan turun untuk tahun ketiga berturut-turut--periode terpanjang sejak China beralih ke ekonomi pasar akhir 1970-an.
Di tengah data ekonomi yang suram dan minimnya stimulus besar, reli saham kembali goyah. Indeks Hang Seng China Enterprises dan MSCI China sempat masuk wilayah koreksi teknikal.
"China kembali bisa diinvestasikan dalam arti tertentu, tetapi banyak manajer dana masih berhati-hati menanamkan dana besar di pasar yang spekulatif," kata Christopher Beddor dari Gavekal Dragonomics. Mereka lebih ingin melihat reli saham yang didorong oleh pemulihan ekonomi nyata.
Dengan porsi investor asing hanya sekitar 2% di pasar obligasi antarbank dan 4% di saham lokal, pertumbuhan jangka panjang China lebih bergantung pada faktor domestik, seperti masuknya dana jangka panjang dari asuransi dan dana pensiun.
Sejumlah pihak menilai pasar saham yang menguat dan aktivitas IPO dapat memulihkan kepercayaan pengusaha swasta, mendorong investasi, dan pada akhirnya memperbaiki arus investasi langsung asing. Permintaan kuat atas obligasi offshore China dan penguatan yuan juga berpotensi menurunkan biaya pendanaan serta meningkatkan belanja domestik.
Untuk 2026, para pemimpin China memberi sinyal akan mempertahankan dukungan ekonomi tanpa menggenjot stimulus besar. Kebijakan suku bunga, rasio cadangan, defisit anggaran, dan belanja pemerintah akan digunakan secara fleksibel dan efisien.
BlackRock memperkirakan arus dana ke saham China masih bisa berlanjut tahun depan. Skenario idealnya, perbaikan fundamental ekonomi akan menjadi penopang utama reli pasar--bukan sekadar euforia sementara.(Bloomberg)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下

暂无评论,立马抢沙发